English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

KOLOM PENCARIAN

LABEL

Jumat, 23 Desember 2011

LEGENDA "NISAN BERDARAH" CERITA CINTA SEJATI DARI MARTAPURA, KALIMANTAN SELATAN

Dahulu kala ada cerita tentang dua kekasih yang mempunyai percintaan yang tragis. Cerita lengkapnya sebagai berikut :
Mashor adalah pemuda yang
bertempat tinggal di desa yang sekarang sekitar Pekauman dan teluk selong. Mashor berasal dari
keluarga yang miskin, tetapi
mempunyai pendidikan yang
tinggi dan budi akhlaknya tinggi.
Dia mempunyai keahlian membaca Al-Quran yang sangat indah didengar. Mashor sebagai orang
yang tidak mampu ikut bekerja di rumah Fatimah sebagai pembantu.
Fatimah merupakan gadis dari keluarga sangat kaya. Mereka tinggal disebarang desa Mashor, mungkin sekarang daerah Kampung Melayu. Orang tuanya
merupakan pedagang yang
mempunyai hubungan dagang keluar daerah. Terutama daerah Singapura.
Mashor sebagai pembantu
mempunyai banyak pekerjaan
yang harus dilakukannya seperti menimba air, memotong kayu, dan lain-lain. Hari demi hari, bulan demi bulan itu saja yang
dilakukannya untuk membiayai hidup dan orang tuanya.
Selama beberapa tahun Mashor bekerja dirumah kaya itu membuat Fatimah secara tidak sadar jatuh cinta kepadanya begitu juga
sebaliknya. Tetapi karena adat yang menjaga ketat pertemuan antara perawan dengan bujangan membuat hubungan mereka tidak diketahui oleh keluarga.
Mashor sadar percintaan mereka pasti akan ditentang oleh keluarga Fatimah yang
memegang adat keluarga. Mereka hanya akan menikahkan anak gadisnya hanya dengan orang yang sederajat dan mempunyai hubungan keluarga
bangsawan dan pasti tentu
harus pilihan keluarga. Tetapi Cinta di hati tidak bisa
menolaknya.
Tidak lama kemudian hubungan mereka mulai diketahui orang tua Fatimah. Betapa marahnya orang tua Fatimah mengetahui hal demikian. Mereka
memutuskan untuk menjauhkan Mashor dari Fatimah dengan menugaskan Mashor menjaga kebun karet dan ladang keluarga
Fatimah di seberang sungai. Kebun karet ini berada jauh dari
rumah Fatimah, menujunya hanya
bisa dengan perahu jukung
karena melewati sungai yang
kecil. Mashor di berikan pondok
kecil untuk berteduh dan melakukan kegiatan sehari-hari.
Setiap hari dia bekerja merawat
kebun karet tersebut. Setiap
hasil karet hanya orang suruhan
keluarga Fatimah saja yang
mengambilnya. Dia tidak diberikan kesempatan untuk ke rumah
sang Majikan.
Fatimah mengetahui kabar
Mashor hanya dengan meminta
keterangan acil ijah, pembantu
yang sering mengatarkan beras buat Mashor.
Suatu hari ada orang kaya
bernama Muhdar yang masih ada
hubungan keluarga dengan
Fatimah badatang (melamar) ke
rumah Fatimah dengan menggunakan satu buah kapal
yang sangat besar sesuai
dengan derajat kekayaan orang
tersebut. Niat Muhdar disambut
baik oleh keluarga Fatimah,
mereka sepakat untuk mengadakan perkawinan besar-
besaran. Hal ini tidak menjadi
beban bagi Muhdar karena
kakayaannya.
Fatimah sangat menentang niat
orang tuanya yang menjodohkannya dengan Muhdar.
Dia kenal betul perangai Muhdar.
Walaupun kaya tetapi dia tidak
mempunyai budi pekerti dan ilmu
agama sebaik Mashor. Tetapi dia
harus menjalankan dua pilihan yang sangat berat. Di satu sisi
dia mempunyai pilihan dan cinta
yang diyakininya membawa
kebahagian di dunia dan di
akhirat yaitu hidup bersama
Mashor. Di satu sisi dia harus mengikuti perintah orang
tuanya, dia sadar menyakiti hati
orang tua adalah perbuatan
yang durhaka. Akhirnya Fatimah
pasrah terhadap perjodohan ini.
Perjodohan yang dilandasi oleh harta, hubungan keluarga bukan
oleh Cinta. Mashor yang berada
jauh tidak mengetahui
perjodohan ini. Semuanya yang
datang ke gubuk Mashor bekerja
selalu menutupinya. Mereka tidak ingin dipecat majikan jika
menceritakan hal tersebut.
Akhirnya acara pernikahan di
mulai, Muhdar datang dengan
beberapa kapal besar yang
membawa mas kawin atau jujuran. Ada kapal yang
membawa isi kamar lengkap, ada
kapal yang membawa perhiasan
emas dan batu permata, ada
kapal yang membawa pakaian
wanita yang sangat indah-indah. Bagi mereka semua itu hal biasa,
karena bisnis dagang keluarga ini
ke Singapura berupa batu
permata dan kain. Mereka
mempunyai banyak pelanggan di
Singapura. Pada jaman tersebut sungai Martapura digunakan
sebagai jalur perdagangan.
Kapal-kapal besar pedagang
Martapura sering berangkat
membawa barang dagangan ke
Pulau Jawa dan Sumatera hingga Singapura dan Malaysia. Sesuai
dengan jalur perdagangan dunia
antara Malaysia dan pulau
Sumatera.
Pada malam harinya ketika
semua kelelahan. Muhdar dan Fatimah tidur di kamar
penganten. Belum sempat malam
pertama itu terjadi ternyata
rumah Fatimah terbakar akibat
api dapur lupa di matikan.
Muhdar lari keluar dengan segera tanpa memperdulikan
Fatimah. Api semakin membesar
Fatimah terjebak di dalamnya.
Mashor yang belum tidur melihat
dari kejauhan warna merah di
langit yang menadakan kebakaran. Dia yakin kebakaran
itu berada di rumah Fatimah.
Tanpa peduli aturan majikannya
yang tidak memperbolehkannya
mendekati rumah dia langsung
berlari mengambil jukung. Setelah sampai di rumah Fatimah dia
diberitahu bahwa Fatimah
terjebak di dalamnya. Dengan
kekuatan Cintanya dia terobos
api dan menemukan Fatimah
pingsan karena terlalu banyak menghirup asap. Dia angkat
Fatimah melewati api yang besar.
Dengan badannya dia melindungi
Fatimah dari api dan kayu rumah
yang berjatuhan. Setelah dia
bawa keluar Mashor disambut Muhdar dengan merebut Fatimah
dari pangkuan Mashor. Dengan
demikian Mashor akhirnya
mengetahui perkawinan
tersebut. Belum sempat dia
mendapatkan penjelasan, Mashor pingsan karena terlalu banyak
luka bakar yang dialaminya.
Keluarga Fatimah memerintahkan
agar mashor dirawat kembali di
gubuknya tempatnya bekerja.
Dan menginginkan agar peristiwa heroic ini jangan sampai diketahui
Fatimah.
Subuh harinya mashor tidak bisa
bertahan. Dia meninggal karena
luka yang terlalu parah. Setelah
sholat dzuhur dia dimakamkan di daerah perkebunan karet
tersebut. Atau tepatnya
sekarang berada di desa
Tungkaran. Makam Mashor
sederhana dengan nisan ulin.
Untuk mencegah babi hutan kuburannya juga dipagar bambu.
Semuanya berada di pemakaman,
baik teman-teman Mashor
maupun keluarga Fatiamah.
Tetapi Fatimah tidak mengetahui
kematian ini. Dia masih lemah di kamar rumah Muhdar. Dia masih
bertanya di dalam hati
bagaimana dia bisa selamat,
suaminya sendiri
meninggalkannya saat kebakaran
itu terjadi. Sewaktu malam hari pertanyaan
itu di keluarkannya pada acil ijah
yang sejak kecil merawatnya. Acil
ijah tahu betul perasaan Fatimah
kepada Mashor. Karena tidak
dapat mendustai tuannya yang sejak kecil dia pelihara tersebut
akhirnya dia ceritakan peristiwa
kebakaran itu.
Fatimah yang sangat rindu
Mashor akhirnya menanyakan
keberadaan Mashor. Dengan sangat hati-hati acil ijah
menceritakan kematian Mashor
dan memberitahukan letak
kuburannya. Dia berjanji
menemani Fatimah besok untuk
ziarah ke kuburan Mashor. Fatimah Sangat terpukul hatinya
mengetahui pemuda yang
melindungi dan dicintainya telah
tiada. Menangislah Fatimah
sejadinya. Setelah semua orang
terlelap tidur, jam 3 subuh tanpa sepengetahuan yang lain Fatimah
keluar rumah. Dia tidak dapat
menyimpan perasaan rindu dan
dukanya. Tanpa menunggu siang
dia bertekad harus menemukan
kekuburan mashor. Dia tidak yakin kekasihnya sudah
meninggal jika tidak menemukan
kuburannya langsung. Dia
seberangi sungai Martapura dan
berjalan menyisir jalan setapak.
Dia masih ingat letak kebun karet keluarganya ketika
ayahnya pernah mengajak
sewaktu kecil. Malam itu hari
hujan dengan deras tetapi tidak
menyurutkan hati Fatimah, di
dalam hatinya hanya ada satu nama Mashor. Dipikirannya hanya
ada satu wajah Mashor pemuda
yang sangat mengerti dirinya.
Setelah tiba di kebun karet
keluarganya, Fatimah tanpa
sadar dan mungkin karena ilusi yang muncul karena obsesinya
bertemu mashor, dia melihat
Mashor berdiri tersenyum
kepadanya ditengah rintikan
hujan. Tanpa berpikir panjang
Fatimah berlari ingin memeluk tubuh kekasihnya melepaskan
segala kerinduannya. Fatimah
menabrak tubuh lelaki itu hingga
terjatuh tanpa disadari pagar
yang terbuat dari bambu yang
melindungi kuburan Mashor menusuk tubuh Fatimah tepat di
dadanya. Darah mengucur dan
menetes di atas kubur Mashor
dan melumuri nisannya. Fatimah
meninggal dengan senyum dia
yakin menemukan cintanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar